Pulang – oleh Dodi Muhammad Hidayat

sesaat sebelum ku mati
adakah maaf antara kita terucap?
Sesaat sebelum kau mati
Mungkinkah aku sempat mangecup keningmu

dan hari ini akan menjadi sejarah
tentang hidupku yang selama ini terbuang
dimana kudapat secercah harapan
dan sepucuk pesan dari Tuhan

“Sebab, tempat terbaik untuk menangis, marah, bahagia, duka, haru, adalah keluarga. sejauh apapun kakimu menapak pastilah kembali pulang pada peluk ibumu. Sejauh apapun bayangmu meredup ayahmu lah yang kan mampu membuatmu menjadi mentari lagi.”

Mungkin kau dendam dengan hantaman keras ayahmu pada perutmu, atau kau masih memendam amarah atas tamparan ibumu? lantas kau pergi tanpa pesan. mungkin kau menangis saat perlakuan kasar mereka padamu, tapi air matamu hanya air mata semu. ketahuilah, dalam kepergianmu mereka juga menangisimu, tangisan tulus orang tua. hanya berharap, berharap, dan berharap yang bisa mereka bincangkan dengan Tuhan. Berharap agar kau kembali pada peluk mereka. Pulanglah nak! ibu rindu padamu, ayahpun sudah menunggumu di teras rumah kita. Tidakkah kau peduli, ketika kami yang sudah tua ini harus menjelajah dunia mencarimu? apa kau enggan kembali? bila memang sedahsyat itu amarahmu pada kami, kami hanya akan mendoakan yang terbaik untukmu nak. Bila kau lapar, lelah hadapi duniamu, kembalilah padaku nak! kami kan selalu bersedia menyambutmu pulang.

Tuhan, bila kau izinkan hamba memohon
jangan kau renggut nyawa hamba
jangan, sebelum ku memeluk erat ibuku kembali
sebelum ku jabat erat dan bersujud dibawah kaki kekar ayahku

Ibu, maafkan aku yang tak tahu malu
pergi begitu saja tanpa pedulikan kau yang merindu
Ayah, ampuni segala kedurhakaanku
yang tak peduli akan segala harapanmu tentangku

malam ini aku kan kembali
ayah, ibu terimalah penyesalanku ini
air mata yang kan mengalir malam ini akan jadi saksi
kembalinya anak durhakamu ini

Pulang – oleh Dodi Muhammad Hidayat
Bekasi

Leave a Comment