Dua malam, mata kantuk
Waktu hilang kala hari berganti
Dua siang, asa sayup
Tak kan datang, untuk apa menanti?
Cermin sudah kotor dan bayangan buram
Danau keruh dan sungai bisu, tak ber-riak
Karena apa yang dulu ada
Sudah hilang semua
Hilang, dihajar waktu
Dibantai interaksi
Leher evolusi digorok
Oleh yang tidak ingin disaingi
Sombong, angkuh,
Membutakan manusia
Cekik asap, batuk yang rapuh
Darah menodai retakan kaca
“Kau siapa?”
Jadi apa dia sekarang?
Apa sama?
Ah, haruskah kuingat?
Samar sekali, tak sama sekali
Si rambut merah itu lama tak jumpa denganku
Jarinya gemuk, kulitnya mengkilat
Bibirnya kaku dibalik kerudung
Terusnya ia menanya pilu
“Siapa kau? Siapa kau?”
Pekik bising teriaknya
Menggetarkan semua telinga
Meronta ia, merintih perih
Mengambil semua hati
Tapi, dia tersenyum,
Senyum licik dan puas,
Cermin tua sudah pecah
Tetapi ia tak siuman
Karena walau hilang
Ia tetap tak rela
Ditinggal hidup sendirian
Karena membunuh masa lalunya
Hilang – oleh Hawun Harati
Surabaya
hawunpyro.blogspot.com