Tanpa pamit, senja – oleh Bemy Ayu Octavianie

Gemuruh suara bus itu mampu mengalihkanku pada kebencian awal
Mengacuhkanmu seketika. Membuang muka tak pernah ingin bermain mata denganmu
Lantas,sepatah dua patah hari demi hari terucap
Menjadi kalimat yang tertata,menyentuh ranting ranting hatiku
Kau semakin mendekat,menelusuri lorong jiwaku,kemudian perlahan
Kau dapat mengetuk pintu hatiku

Ketukan itu semakin keras,menggugah ragaku untuk mendekatimu
Kau sempurna membuatku tertawa
Kau lihai mendewikanku dari dewi dewi lainnya
Kau menerbangkanku,hingga sampai pada duniamu
Memegang ranting hatiku dengan erat,seperti tak ingin patah

Kemudian kau tuntun aku kembali dalam dunia nyata
Menyadarkan,hidup adalah pilihan
Tak ada yang adil ketika memilih keduanya
Ada yang dipilih dan ditinggalkan
Aku terlambat mendewakanmu seperti kau mendewikanku
Kau selamanya membiarkanku jatuh dalam penyesalan
Kau terbang? Mengapa tak pernah mengajakku?
Kau kembali? Mengapa tak menemuiku?
Apakah waktu yang salah?
Yang membiarkan kita bertemu,lalu memisahkan kita?
Tak mengembalikanmu padaku,bukankah kau milikku?
Wahai senja.. Setiap kau datang. Tolonglah
Ingatkan padanya,ia pernah berjanji menemaniku dalam segalanya
Berdiri di belakangku tiap aku balik kanan
Ia berjanji bukan? Menjadikanku dewinya yang terakhir

Bila waktu pantas disalahkan,maka aku akan menyalahkannya
Bila rindu pantas dihapus,maka aku akan melupakannya
Bila tangis tak perlu membasahi pipiku,maka aku akan menyekanya sendiri
Sebab,dia pergi. Pergi tanpan pamit.
Tak seperti senja yang tau waktu kembali dan pulang,yang selalu memberikan kesan nan indah
T

anpa pamit, senja – oleh Bemy Ayu Octavianie
Bantul
fb: Bemy Ayu Octavianie

Leave a Comment