Diam…
sembari melangkah
meniti dalam gelap
Menapaki setapak demi setapak lajur kehidupan
Berteman bias cahaya mentari yang kian memudar,
Buram…
Laksana kaca tertimpa sisa rinai hujan
Aku tetap meniti setapak demi setapak
Naik, turun, berjalan tegap terkadang membungkuk,
Bahkan sesekali terseok lunglai memikul beban hidup
Di pundakku yang kian ringkih
Tetap kupaksa untuk melangkah….
Saujana……
terbentang disana
Asa itu menari – nari melambaikan jemari
Seraya memanggilku
Untuk bergegas merengkuhnya
Mentari kian nanar
Sorotnya seakan tenggelam dibalik mega mendung
Awan yang ber arak
Aku tetap melangkah
Kuabaikan saja renungan hidup
Yang semalam menghampiriku
Bertauziah di depan hidungku
Sembari berujar….
Tak usah kau kejar asamu itu
Karena garis nasibmu tergurat telapak tanganmu
Tak usah kau kejar mimpimu itu
karena kau bukan bagian dari sisi kemujuran
yang dituturkan ibumu, dikala mendongeng
dan membuaimu dalam lelap
aku terdiam….
dan sejenak….
aku kembali melangkah
melanjutkan mimpiku, mengejar asa
walau penat kian waktu mengelayuti jiwa
Mengejar Asa – oleh Sahdan Kalahari
Balikpapan