Kehidupan Jalan

Sejak kecil ku hanya diasuh paman
sudah agak pikun, tua penuh uban
sekeluarga termasuk warga urban
kakak adik semuanya ada delapan
keponakan jumlahnya sembilan
tinggal hanya di gubuk papan
mau ambruk tanpa angin topan
makan dengan peda atau tanjan
paling banter sama bakwan

awalnya paman pengrajin rotan
sebelum pensiun sebagai nelayan
yang tiap hari mendayung sampan
mencari nafkah menangkap ikan
penghasilannya sehari ceban

daerahku kumuh mirip jamban
banyak tikus, kecoa dan lipan
rawan sakit menyerang badan
musim hujan tiba semakin rentan
tersebar bakteri dan kuman

tenaga terkuras, lemas sampai pingsan
kadangkala lama sekali untuk siuman
sering batuk, influenza dan mimisan
namun, tetap ku harus mencari makan

pendapatan gak besar tapi lumayan
walau sekedar buat makan dan jajan
berharap suatu saat bisa beli sedan
siapa tahu bisa memperoleh intan
kali aja bisa mendapatkan berlian

ku pernah jadi penjual koran
sempat bantu di tambal ban
penyemir depan gedung dewan
sol sepatu di sekitar taman
jual suara ke nyonya dan tuan
ojek payung ketika hujan

keliling jajakan getuk dan ketan
ke timur, barat, utara, selatan
mulai dari musim durian
hingga musim rambutan
dari lebaran ke lebaran
lalui berkali-kali idul kurban

kini kecil-kecilan jadi seniman
jalani kerasnya kehidupan jalan
pengennya sih menjadi biduan
maafkanlah bila kurang sopan
namun, aku bukanlah preman
tak berulah yang bukan-bukan

memang, rasanya sedikit sungkan
terasa risih, malu dan agak segan
seringkali juga ku merasa enggan
tapi terpaksa kujalani meski bosan
berharap hidup berubah walau pelan
dapat pekerjaan layak walau lamban

prinsip yang penting apa yang ku telan
semua bernilai halalan thoyyiban
dapat terhindar dari sifat setan
jauh dari tamak seperti hewan
terlepas sifat buas seperti macan
tidak main paksa, tusuk asal tekan
tidak menipu menjadikan umpan
mengendap-endap kayak siluman

daripada copet berpura-pura ayan
hipnotis kelabui banyak korban
merusak dan maling hasil hutan
memperkosa dan bunuh si pulan
bolak-balik keluar-masuk rutan
pintar namun perilakunya edan

kapan ya… ku bisa jalan-jalan
pergi hiburan sekedar dolan
ke ragunan, seaworld atau dufan
putar-putar monas naik delman
sambil minum sirup kokopandan
makan soto kerang kuah santan

gimana… rasanya jadi bintang iklan
atau hidup mewah di keluarga sultan
gagahnya kalau jadi komandan
senang banget jika melihat polwan
bahagianya jika punya teman bidan

entah sampai kapan…
cita dan asa ku simpan
tuk meraih hidup mapan
menikmati akhir pekan
rapi keren berdandan

kapan… pamanku miliki besan
kemesraanku di atas dipan
bersama bidadari indah nian
bak permata yakut dan marjan
hidup pun lebih berkesan…

Ya Allah, seiring kumandang azan
langkah kakiku semakin ringan
tepiskan sifat enggan dan kaslan
seraya berdiri di shaf terdepan
indahkan titah tunaikan peran
taat patuh sam’an watho’atan
kelak ku lulus di yaumil mizan

ku bermunajat hati dan lisan
resapi dan amalkan firman
menjadi manusia budiman
menggapai hidup yang farhan
sebelum ku dibalut kain kafan
sebelum tertulis di batu nisan

Ya Allah ya Rahman…
karuniakan rasa aman
fi kulli makan
wa fi kulli zaman
ijinkan kutitipkan pesan
untuk handai tolan
kawan-kawan
teman-teman
rekan-rekan

Ya Allah ya Tuhan…
tetap dan kuatkan iman
berpegang Al-Qur’an
tanamkan sebagai dian
menjadikan sosok insan
yang s’lalu berbuat ihsan

Cukup sekian…

Puisi ini karya Ustadz Awa Motivator Cinta (Ustadz AMC)
dikutip dari buku MOTIVASI CINTA®

Penulis Ustadz Awa Motivator Cinta (Ustadz AMC)

Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2011.

Leave a Comment