Berawal dari ujian
Yang membawa peringatan
Untuk kita sebagai cambukan
Menjalankan kewajiban
Memang sebagian terselimuti oleh cinta
Menemani saat sendiri
Mengisi hingga ke hati
Tuk berbagi suka duka
Apakah hanya ujian
Yang berujung balasan
Apakah hanya cinta
Serasa dunia milik berdua
Adakah rasa kasih
Adakah rasa sayang
Untuk diri selalukah mengadah
Kepada Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Apa yang bisa kita berikan
Ada kah rasa sayang
Untuk kita jadikan landasan
Meski tak ada atau urung bernaung
Ketakutan kini kulanda
Akan yang telah kutuliskan
Ketakutan akan kemunafikkan
Oleh hati yang kini tak terkendalikan
Hingga membuahkan keserakahan
Lagi diluar kesadaran
(karya : dian a. noor)
saya suka puisi ini..lanjutkan terus pak menebar hikmah melalui puisi..
Subhanallah…
Luar biasa…
masya allah
Ibu melahirkan kita sambil menangis kesakitan…
Masihkah Kita menyakitkan-nya?
Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaan-nya?
Mencaci maki-nya?
Melawan-nya?
Memukul-nya?
Mengacuhkan-nya?
Meninggalkan-nya?
Ibu tidak pernah mengeluh membersihkan kotoran kita waktu masih kecil, , ,
Memberikan ASI waktu kita bayi, Mencuci celana kotor kita, Menahan derita, Menggendong kita sendirian.
SADARILAH bahwa di Dunia ini ga ada 1 orang pun yang mau mati demi IBU, tetapi….. Beliau justru satu-satunya orang yang bersedia mati untuk melahirkan kita….