Perahuku Kandas Di Atas Gelombang

Isyarat Luka

Malam yang sarat kebersamaan
Benar-benar merontokkan airmata
Mengirimkan isyarat luka sekeping tubuhku
Begitu membumi
Dan belum genap untuk kau tafsiri

Kelip lampu kota malam
Merajamku dalam tidur subuh
Gelap sekali mie,!
Menjadikanku mati dalam mimpiku sendiri

Kau tahu
Raut Malang tak setampan kemarin
Saat kau menyimpan wajahku di Batang-Batang
Pun pula kecantikanmu yang tersembunyi
Di balik pintu Jadung itu
Telah rapat kuikat dalam tatap

Malam yang sarat kebersamaan
Menyisakan butir luka dalam batang tubuhku
Menyimpan wajahmu dalam sekejap, liku-luka

Maka aku mengungsi dihatiku sendiri, jadi api

Malang, 20-10-2011
karya: Subaidi Pratama

Perahuku Kandas Di Atas Gelombang
“Buat gadis pemasang malam”

Kau yang tak begitu sunyi
Meretakkan laut panjang dalam hati
Seperti kutuk hujan menggali leherku
Dan melubangi sekujur tubuh
Hingga gelombang diam mendekap pantai

Angin bercakap dengan badai
Melahirkan tangis kerinduan aku padamu kekasih!
Biru pantai, dan hutan-hutan kebakaran dalam dekapan
Maka jangan turunkan hujan airmata
Karena aku takut gerimis melanjangi lubang dada
Hingga segalanya berubah Srigala tanpa mata
Kau yang tak begitu sunyi
Menenggelamkan cahaya rinduku
Kedalam langit biru; bisu

Malang, 20-10-2011
karya: Subaidi Pratama

Dalam Ruang Dan Waktu

Tiap kali pagi
Aku menangkap sunyi dari suluk matamu
Untuk jadi sahabat karibku

Tiap malam embun datang
Sunyi itu selalu kusebut sebagai rindu

Tiap detik dalam ruang dan waktu
Aku selalu bertemu

Malang, 20-10-2011
karaya; Subaidi Pratama

Leave a Comment