kapan pertiwi berdemokrasi

setiap robot bagai wayang dihidupkan kembali
kuku-kuku pencakar indah dibawah
mungkin pahat di patung pertiwi
adalah renge bahagia kami

janji-janji bagi penerus
tuk membahagiakan mereka kelak
hanya penyampaian sebuah lagu
tanpa makna yang dia hias

kala kami bangun dari kelelapan
jadi hal-hal hening jiwa
tanpa ku bertanya arti jerit pertiwi
meluapkan darah
menjatuhkan dunia
berpusar daging
berhenti mengalir
apa kami sadar?

puisi ini karya:darwis septian siahaan

Leave a Comment