Advertisement Kaca tilas telah pecah Berkeping sisa-sisa panah Hati tersayat terlanjur patah Darah terbeku kehilangan arah Air menyapu sisa darah tadi Tiada musik hari ini Kamu harus merasa sepi Jika jiwa tak sanggup dimaki Ambilkan kain kosong itu Isilah dengan guratan kalbu Tetapi jangan mengaharu biru Biarkan saja garisnya menyatu Lihat indahnya kepingan mawar Hati-hati […]
Tag: Lulu Meilinda Mulyono
Rasa Terlupa – oleh Lulu Meilinda Mulyono
Aku terpaku oleh sosok hawa Tersenyum manis laksana senja Indah matamu dibalik kacamata Tak berpaling walau sementara Aku memasuki ruang gelap Dimana hanya namamu gemerlap Kilau itu hanya sekejap Melangkah pergi tinggalkan asap Asap kenangan menertawakanku Debunya hilang bersama pilu Melihatku yang terlampau kacau Apakah apinya tetap terpaku? Aku sentuh lipatan buku Memandang sosok tak […]
Dia dan Purnama – oleh Lulu Meilinda Mulyono
Hitam rona matamu Leburan putih abu-abu itu jiwamu Duduk diam menatap kilau Memanggil hati berteriak kacau Tundukan mahkota hentikan waktu Memori menggugahku tuk kembali menyapa Sapa hingga hati jera Ada apa dengannya? Tersenyum tanpa kata Melihat tanpa rasa Peduliku, apa kau bahagia? Pergi jangan tinggalkan benci Hati jangan dipaksa mati Bahagia jangan biarkan berhenti Cukup […]
Cita Pemuda – oleh Lulu Meilinda Mulyono
Mentari tak pernah lari Berani tak pernah mati Kuasa tak lupa janji Tuk Indonesiaku ini Teringat suatu masa Tetesan darah tak pernah terlupa Peluh menetes leburkan asa Hapus air mata yang membasahi jiwa Demi tanah air tercinta Aku terdiam dengan malu Melihat pemuda lalu ragu Pemuda sanggup seperti dulu? Hapuslah tanda tanya itu Cita Pemuda […]
Jurang Fana – oleh Lulu Meilinda Mulyono
Angin pergi lalu lari Kamu pergi laksana pagi Dipisah hati iringi hari Kamu benci tanpa toleransi Bumi mungkin sanggup membelah Tapi jiwa tak mampu berpisah Dileburkan tinta basah Ditulis kertas membasuh resah Rasa berputar lepaskan asa Sukma terdiam dibelah kata-kata Nama itu bagaikan karya Selalu tertulis di bait cinta Rona matamu bekukan waktu Memanggil namaku […]
Satu Terbelunggu – oleh Lulu Meilinda Mulyono
Duri pahit selimuti hati Mendung pagi memeluk hari Jurang itu mengikat nadi Menekik lalu perlahan mati Terdiam seribu malam Meringkuk memeluk kelam Angin berkelok sibuk menghujam Sisa kenangan yang dipaksa bungkam Kamu lekat di pelupuk mata Seribu hari luka menganga Katakan saja ini tak nyata Bila kamu tak ada rasa Berjalan katakan cinta pada hawa […]
Ketika merpati berpijak – oleh Lulu Meilinda Mulyono
Hujan.. Butiran airnya menyentuh sukma Dinginnya menyelimuti relung hati Apa kabar senja? Masihkah aku berarti? Ingin kutemui senja itu Disaatku terbelunggu Namun kini apa dayaku Purnama hanya sanggup menunggu Ku duduk dipenghujung waktu Terfikir senjaku kala itu Serpihan memori enggan untuk enyah Tubuhku candu akan kasih Menciptakan sejuta kisah Seakan aku selalu lari Menyakiti.. Memijak […]